IMAN KEPADA QADLA’ DAN QADAR
A. Pengertian Iman kepada Qadla’ dan Qadar
1. Arti Qadla’ dan Qadar
Secara bahasa, jata qadla’ berasal dari bahasa قَضَى- يَقْضِى- قَضَاءً yang berarti memutuskan suatu perkara dengan ucapan atau perbuatan. Secara istilah, Qadla’ berarti putusan Allah swt. tentang suatu perkara sejak zaman azali (sebelum adanya alam ini).
Kata qadar berasal dari lafal قَدَرَ – يَقْدِرُ – قَدْرًا yang berarti kuasa mengerjakan sesuatu. Secara istilah, qadar berarti pembatasan Allah swt. tentang sesuatu. Dengan kata lain, qadla’ berarti putusan Allah swt. tentang suatu perkara, sedangkan qadar berarti ukuran atau aturan yang dicipta oleh Allah swt. untuk perkara tersebut.
Dengan memahami arti qadla’ dan qadar, kita dapat mengerti bahwa iman kepada qadla’ dan qadar berarti meyakini dengan sepenuh hati bahwa segala yang ada di dunia ini terjadi menurut kekuasaan dan kehendak Allah swt. dan sesuai aturan yang dicipta-Nya. Jika pemahaman terhadap rukun Islam yang keenam ini tidak hati-hati, tidak dilandsi dengan iman serta ilmu yang benar, hal tersebut dapat menjerumuskan manusia kepada pola dan sikap hidup yang salah. Mereka salah dalam memahami kata takdir. Mereka beranggapan bahwa segala nasib manusia, baik atau buruk, muslim atau kafir seseorang telah ditetapkan secara pasti oleh Allah swt. Dengan demikian, seluruh aktivitas manusia di dunia ini hanya seperti robot yang sudah diprogram sebelumnya. Oleh karena itu, kita perlu arti qadla’ dan qadar menurut ayat-ayat Al-Qur’an.
2. Arti Qadla’ dan Qadar menurut Al-Qur’an
Qadla’ berarti ketetapan hukum. Allah swt. berfirman sebagai berikut :
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَّلاَمُؤْمِنَةٍ اِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُوْلُهُ اَمْرًا اَنْ يَّكُوْنَ لَهُمُ اْلخِيَرَةُ مِنْ اَمْرِهِمْ .... الاحزاب : 36
Artinya:
Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan bagi mereka tentang urusan mereka …(Q.S. al-Ahzab : 36)
Qadar berarti ukuran atau peraturan yang dicipta oleh Allah swt. sebagai dasar dalam mengatur alam ini. Dalam peraturan tersebut ada hubungan sebab akibat. Peraturan atau ukuran tersebut menjadi undang-undang alam dan manusia terikat dengannya. Allah swt. berfirman sebagai berikut :
اِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ. القمر : 49
Artinya:
Sungguh, kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (Q.S. al-Qamar/54 : 49)
Semua yang ada di alam ini telah diatur oleh Allah swt. dan menurut ukuran atau aturan yang dikehendaki-Nya. Aturan atau ukuran yang diciptakan oleh Allah swt. untuk mengatur alam ini disebut sunnatullah atau hukum alam. Di dalamnya ada hubungan sebab akibat.
3. Kewajiban Beriman kepada Qadla’ dan Qadar
Setiap muslimin dan muslimat wajib beriman kepada qadla’ dan qadar Allah swt. Pengingkaran terhadap adanya qadla’ dan qadar berarti sikap kafir. Rasulullah saw. bersabda yang terjemahnya sebagai berikut :
Tidaklah beriman seseorang sebelum ia beriman kepada qadar, qadar yang baik maupun yang buruk. Dan tidaklah ia beriman sebelum mengetahui bahwa sesungguhnya apa saja yang sudah dipastikan akan menimpanya tentu tidak akan meleset darinya. Dan sesungguhnya apa saja yang dipastikan meleset dari dirinya pasti tidak akan menimpanya.(H.R. Tirmidzi dari Jabir)
Hadits di atas menjelaskan bahwa pengakuan iman seseorang tidak diterima Allah apabila :
a. tidak beriman kepada qadla’ dan qadar
b. belum meyakini bahwa segala yang dikehendaki Allah swt. pasti itulah yang terjadi.
4. Contoh peristiwa yang Berhubungan dengan Qadla’ dan Qadar
a. Allah swt. menetapkan hendak mencipta khalifah di muka bumi. Ketetapan ini sebagai qadla’-Nya. Untuk mewujudkan kehendak-Nya, Allah mencipta sepasang manusia (Adam dan Hawa’) dan keduanya diberi nafsu saling membutuhkan. Dari Nabi Adam a.s. dan Hawa’, lahirlah manusia keturunannya sebanyak 22 pasangan dampit. Kesemuanya juga diberi nafsu sehingga manusia menjadi banyak seperti sekarang ini. Perkembangan manusia sejak Nabi Adam a.s.sampai sekarang ini disebut qadarNya. Cara yang digunakan Allah untuk mewujudkan kehendak-Nya disebut sunnatullah. Dalam proses perkembangan Nabi Adam a.s. dan Hawa’ serta seluruh manusia sampai akhir zaman nanti terdapat hubungan sebab akibat.
b. Allah swt. Memutuskan hendak menciptakan nabi akhir zaman yang bernama Muhammad saw. Putusan tersebut sebagai qadla’-Nya. Selanjutnya, Allah menakdirkan Abdullah dan Aminah menjadi suami istri yang melahirkan Muhammad saw. Supaya Nabi Muhammad memiliki kemampuan berbahasa Arab yang baik dan tidak terpengaruh budaya asing, Allah menakdirkan beliau hidup dalam asuhan Halimah as-Sa’diyah di pedesaan. Takdir Allah swt. untuk Abdullah dan Aminah sebagai suami istri sampai asuhan Nabi Muhammad saw. oleh Halimah as-Sa’diyah disebut qadar.
c. Allah swt. menetapkan harus ada kehidupan di dunia ini. Ketetapan ini disebut qadla’-Nya. Untuk mewujudkan kehendak-Nya, Allah menciptakan matahari sebagai sumber energi untuk sarana kehidupan. Penciptaan matahari yang menjadi sumber energi kehidupan disebut qadar
B. Mengembangkan Sikap Positif terhadap Qadla’ dan Qadar
Sebagai seorang muslim yang taat beragama wajib mempunyai sikap yang positif terhadap takdir Allah swt. Sikap positif tersebutantara lain :
1. Ikhtiar
Ulama’ mengatakan bahwa takdir ada dua macam, yaitu :
a. Takdir Mubram, ialah takdir yang tidak dapat berubah karena kemauan atau usaha manusia.
b. Takdir Mu’allaq, ialah takdir yang dapat berubah karena adanya usaha yang dilakukan manusia.
Manusia adalah makhluk yang lemah. Mereka harus mengakui kebesaran dan kekuasaan Allah swt. yang mencipta, mengatur, dan menguasai alam semesta. Manusia tidak mengetahui apa-apa yang akan terjadi atas dirinya sendiri. Baik kejadian yang menyenangkan maupun yang menyusahkan. Manusia tidak dapat mengatakan bahwa besok akan terjadi hujan lebat. Mereka hanya memperkirakan berdasarkan pengalaman. Islam mensyari’atkan bahwa manusia wajib berusaha secara maksimal, sedangkan hasilnya ada pada kekuasaan Allah swt. semata.
Allah berfirman sebagai berikut :
وَاَنْ لَّيْسَ لِلاِنْسَانِ اِلاَّمَاسَعَى. النجم : 39
Artinya:
Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya. (Q.S. an-Najm/53: 39)
Surah an-Najm ayat 39 menjelaskan bahwa manusia hanya akan memperoleh hasil sesuai apa yang diusahakannya. Usaha yang sungguh-sungguh akan menghasilkan suatu yang lebih baik. Sebaliknya, usaha yang hanya sekadarnya akan menghasilkan sesuatu yang kurang baik. Oleh karena itu manusia hendaknya berusaha semaksimal mungkin ntuk mencapai hasil yang lebih baik di masa depan.
2. Tawakkal
Tawakkal berarti berserah diri kepada Allah swt. setelah berusaha semaksimal mungkin. Setiap muslim hendaknya berusaha secara maksimal kemudian diikuti dengan tawakkal. Orang yang bertawakkal berarti sedang menunggu hasil usahanya. Oleh karena itu, seorang siswa yang tawakkal hendaknya senantiasa mmohon kepada Alah swt. agar usahanya berhasil memuaskan sesuai harapan. Usaha dan do’a hendakya dilakukan secara seimbang. Allah swt. berfirman sebagai berikut:
... فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ اْلمُتَوَكِّلِيْنَ. ال عمران : 159
Artinya:
...Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakkal. (Q.S. Ali ‘Imran/3: 159)
3. Tawadlu’
Orang yang beriman secara benar terhadap takdir memiliki ketenangan jiwa dan kestabilan emosi atau perasaan. Ia tidak mudah berbangga hati apabila usaha yang dilakukan berhasil. Sebaliknya, ia juga tidak mudah susah dan putus asa apabila usahanya belum berhasil. Segala sesuatu tidak hanya tergantung kepada usaha manusia saja, tetapi atas kehendak Allah swt. Keberhasilan maupun kegagalan diyakini sebagai ujian dari Allah swt. Allah swt. berfirman sebagai berikut :
اِنَّا جََعَلْنَا مَا عَلَى اْلاَرْضِ زِيْنَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ اَيُّهُمْ اَحْسَنُ عَمَلاً. الكهف : 7
Artinya:
Sesungguhnya kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk kami menguji mereka, siapakah diantara mereka yang terbaik perbuatannya. (Q.S. al-Kahfi/18: 7)
Dengan memahami ayat di atas, orang yang beriman secara benar terhadap takdir menyadari bahwa ujian dari Allah swt. bermacam-macam bentuknya. Pada suatu saat manusia diuji Allah swt. dengan kesenangan dan saat yang lain diuji dengan kesusahan. Hanya kekuatan iman yang mampu menghadapi semua ujian secara baik.
4. Tabah hati dalam menghadapi musibah
Beriman kepada takdir berarti meyakini bahwa semua yang ada di dunia ini terjadi menurut kuasa dan kehendak Allah swt. yang di dalamnya terdapat hubungan sebab akibat. Oleh karena itu, orang yang beriman secara benar terhadap takdir Allah niscaya tabah dalam menghadapi cobaan hidup. Orang tersebut tidak menggerutu dan tidak pula menyesali nasib dirinya. Kesedihan hati saat menghadapi cobaan hidup merupakan hal yang wajar. Apabila keimanan terhadap takdir cukup kuat, kesedihan tersebut tidak berlarut-larut sampai putus asa, tidak memudarkan semangat dan tidak memusnahkan gairah hidupnya. Allah swt. berfirman sebagai berikut :
مَا اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى اْلاَرْضِ وَلاَ فِيْ اَنْفُسِكُمْ اِلاَّفِيْ كِتَابٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَبْرَاَهَا اِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيْرٌ لِّكَيْلاَ تَأْسُوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلاَ تَفْرَحُوْا بِمَااتكُمْ وَاللهُ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍ. الحديد : 22-23
Artinya:
Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfudh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan membanggakan diri. (Q.S. al-Hadid/57: 22-23)
C. Dampak Positif Orang yang Beriman kepada Qadla’ dan QadarAllah swt.
Keimanan kepada Qadla’ dan Qadar Allah swt. akan berdampak positif bagi diri sendiri. Adapun dampak positif beriman kepada Qadla’ dan Qadar Allah swt. antara lain:
a. berjiwa qana’ah (rela menerima kenyataan hidup yang dialami dengan ikhlas).
b. berani menghadapi persoalan hidup karena yakin semuanya yang dialami ujian dari Allah swt.
c. memiliki keberanian dalam bejuang menegakkan Islam karena yakin bahwa hidup dan mati ada pada kuasa Allah swt.
d. memiliki jiwa yang tenang, tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan yang kurang baik.
e. mampu mengendalikan dirinya di saat suka maupun duka. Tidak mudah bangga jika usahanya berhasil, tidak mudah lemah semangat apabila usahanya belum berhasil.
f. cukup tenteram hidupnya karena merasa bahwa dirinya dekat dengan Allah swt.
D. Perilaku yang Mencerminkan Keimanan kepada Qadla’ dan Qadar Allah
Pengakuan iman kepada Qadla’ dan Qadar Allah swt. harus dapat dibuktikan dalam perilaku hidup sehari-hari. Adapun perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap Qadla’ dan Qadar Allah swt., antara lain sebagai berikut :
1. Melatih diri sendiri untuk pandai-pandai mensyukuri nikmat Allah swt.
2. Mendidik diri untuk ikhlas menerima kenyataan hidup dengan hati sabar dan tabah.
3. Cukup tenang dalam hidup ini, tidak mudah terpengaruh lingkungan.
4. Berusaha untuk dapat mengendalikan diri (tidak bersikap sombong) saat berhasil usahanya. Karena sadar bahwa keberhasilan usahanya tidak terlepas dari kehendak Allah swt.
5. Melatih diri untuk sabar dan tabah apabila usahanya belum berhasil seperti yang diharapkan.
6. Senantiasa berprasangka baik kepada Allah swt. ketika menghadapi kesulitan hidup.
7. Selalu meyakini bahwa semua yang dialami manusia (baik menyenangkan maupun menyusahkan) adalah ujian dari Allah swt.
8. Yakin bahwa di balik suatu peristiwa yang kurang menyenangkan pasti ada hikmahnya (bagi orang yang mampu mengambil hikmahnya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar